Malam Ketika Mike Tyson Remaja Hampir Menyerah Di Atas Ring

10 hours ago 5

Ligaolahraga.com -

Pada Mei 1981, Mike Tyson yang saat itu berusia 14 tahun bertanding di Scranton, Pennsylvania.

Itu merupakan laga amatir pertamanya yang disaksikan oleh mentornya, Cus D’Amato. Lawannya, Billy O’Rourke yang berusia 17 tahun, belum pernah terjatuh dalam karier tinjunya.

D’Amato mendekati O’Rourke sebelum pertarungan, bukan untuk mengintimidasi, tapi untuk memperingatkan: “Michael akan jadi juara dunia. Dia pembunuh.”

Meski tidak terkesan dengan suara Tyson yang lembut dan tubuhnya yang lebih pendek, O’Rourke segera sadar bahwa peringatan itu bukan omong kosong.

Di ronde pertama, hook kiri Tyson menembus pertahanan O’Rourke dan menjatuhkannya ke kanvas. O’Rourke kemudian membutuhkan 16 jahitan, tetapi menolak saat wasit hendak menghentikan pertarungan.

Saat itu Tyson punya rekor 4–0, dan terbiasa menang KO di ronde pertama. Namun, O’Rourke tak menyerah. Ia terus bangkit. Ini situasi yang belum pernah Tyson hadapi sebelumnya — seorang lawan yang tak mau menyerah.

Teddy Atlas, pelatih Tyson yang terkenal temperamental, melihat momen itu sebagai ujian karakter.

Di antara ronde, Tyson mengeluh tangannya patah. Atlas meraih tangannya, menyebutnya pembohong, dan memarahinya. “Omong kosong... sekarang lawanmu nggak mau jatuh dan kamu mau nyerah?”

Tyson kembali ke ring dan menyelesaikan pertandingan. O’Rourke babak belur, tapi sempat menekan Tyson di tali ring pada ronde ketiga. Tyson dinyatakan menang angka, tapi ia sempat berbisik kepada O’Rourke, “Kurasa kamu yang menang.”

Kurang dari sebulan kemudian, di ajang Junior Olympics di Colorado Springs, Tyson menghadapi Jesus Esparza, 16 tahun, di ronde pertama.

Esparza punya pengalaman 50 laga dan jab kuat. Namun, saat Tyson masuk ke gym, Esparza berpikir, “Dia tidak kelihatan seperti anak 14 tahun.”

Tyson bertarung seperti badai — mengelak, menyerang tanpa henti. Esparza sempat mendaratkan beberapa jab dan pukulan kanan, tapi Tyson tak tergoyahkan. Sebuah jab ke dada menjatuhkan Esparza.

Sebuah pukulan melingkar ke punggung — secara teknis pelanggaran — mengakhiri laga. Esparza belum pernah dipukul sekeras itu. Meski begitu, ia bertahan lebih lama dari lawan-lawan lain. Laga-laga Tyson berikutnya justru berakhir lebih cepat.

Di final, Tyson sudah jadi legenda hidup. Lawan terakhirnya, Joe Cortez, KO dalam 11 detik.

Esparza, yang kemudian menjadi pekerja sosial, mengenang perjuangan batin Tyson: amarah, trauma, dan benteng maskulinitas untuk menyembunyikan luka. Pertarungan awal Tyson bukan sekadar kekuatan, tapi soal bertahan dan melindungi diri.

Rekaman awal dari Junior Olympics itu menjadi awal legenda Tyson — bocah yang tumbuh menjadi mitos.

Namun, di balik citra “binatang” itu, ada anak yang, dalam satu ronde krusial, nyaris menyerah. Momen keraguan itu — dan dorongan dari Atlas untuk terus bertarung — mungkin jadi pembeda antara Mike Tyson si bocah ajaib dan Mike Tyson sang juara.

“Itu momen penentu,” kata Atlas. “Kalau dia menyerah saat itu, mungkin dia tidak akan pernah menjadi Mike Tyson.”

Artikel Tag: Mike Tyson

Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/tinju/malam-ketika-mike-tyson-remaja-hampir-menyerah-di-atas-ring

Read Entire Article
Sports | | | |