Ligaolahraga.com -
Meroketnya Tom Aspinall di jajaran divisi heavyweight UFC begitu cepat dan tegas hingga bahkan ayahnya dan pelatihnya, Andy Aspinall, mengakui bahwa dia tidak yakin ada yang benar-benar bisa menguji kemampuannya.
Menjelang pertarungan pertahanan gelarnya di UFC 321 melawan Ciryl Gane pada Sabtu (25/10) di Abu Dhabi, juara berusia 32 tahun ini menjadi salah satu penuntas pertarungan paling efisien dalam sejarah MMA.
Jika Gane, yang menjadi underdog dengan odds 3 banding 1, bisa bertahan hingga ronde pertama, dia akan menjadi lawan pertama yang melakukannya melawan Aspinall dalam hampir lima tahun.
Tiga pertarungan terakhirnya berakhir dengan KO dalam 73 detik atau kurang.
Waktu pertarungan rata-rata Tom Aspinall—hanya 122 detik—adalah yang terpendek dalam sejarah UFC, sebuah statistik yang menyoroti kombinasi unik kecepatan, ketepatan, dan perhitungan yang dimilikinya.
“Dia ingin diuji, tapi saya tidak yakin ada yang bisa melakukannya,” kata Andy kepada ESPN. “Saya sebenarnya khawatir bahwa dalam beberapa tahun ke depan, Tom mungkin hanya bertarung selama total tiga menit.”
Awalnya berharap untuk menghadapi Jon Jones untuk menyatukan gelar juara kelas berat, Aspinall malah menemukan dirinya membangun warisannya sendiri melalui dominasi historis.
Di balik dominasi itu terdapat sistem yang disempurnakan oleh Andy—seorang mantan analis sistem yang menerapkan logika berbasis data dalam persiapan pertarungan—dan dasar seumur hidup dalam berbagai bela diri.
Keunggulan Mental
Filosofi Andy sederhana: jangan terkena pukulan, dan buat wasit menghentikan pertarungan.
Dia menentang serangan berulang atau pertarungan gulat yang melelahkan, dengan argumen bahwa efisiensi mendefinisikan kehebatan.
“Jika Tom melepaskan 500 pukulan dan tidak bisa mengalahkan lawan, ada yang salah,” kata Andy.
Pendekatan ini menekankan eksekusi yang bersih daripada kekacauan—Aspinall mengakhiri pertarungan sebelum lawan bisa menyesuaikan diri.
Analis Dan Hardy menyebut kemenangan Tom Aspinall atas Alexander Volkov pada 2022 sebagai bukti kecerdasannya.
Saat teknik kimura gagal, Aspinall dengan tenang melepaskannya, berdiri, dan beberapa saat kemudian menjatuhkan Volkov lagi untuk mengakhiri pertarungan.
“Jenis kepercayaan diri dan kesadaran itu—melepaskan posisi hanya untuk menemukan yang lebih baik—jarang terlihat,” kata Hardy.
Ketepatan Teknis
Waktu dan ritme Aspinall membedakannya bahkan di antara petarung elit.
Seperti yang dicatat analis Dominick Cruz, Aspinall membaca lawan “seperti permainan ritme.”
KO-nya atas Curtis Blaydes pada Juli 2024—menangkis jab hanya beberapa detik setelah mengukur jarak—menunjukkan penguasaan tempo yang lebih umum di divisi yang lebih ringan.
Persiapan Analitis
Latar belakang ilmu komputer Andy memengaruhi gaya pelatihannya. Dia menganalisis rekaman “seperti kode,” membongkar setiap gerakan frame demi frame.
Kamp latihan fokus pada kelemahan sama seperti kekuatan, sering memaksa petarung ke situasi tidak nyaman untuk membangun adaptabilitas.
Faktor Kecepatan
Mungkin senjata terbesar Tom Aspinall adalah kecepatannya yang tak tertandingi untuk seorang petarung kelas berat.
Gerakan tipuan, langkah kaki, dan kombinasi serangan gandanya menciptakan apa yang Hardy sebut “shock kecepatan”—kelumpuhan yang dialami lawan saat dihadapkan pada kelincahannya.
Melawan Serghei Spivac, Aspinall menggunakan lebih dari 100 tipuan dalam dua menit untuk memanipulasi timing sebelum KO.
Campuran kecerdasan, ketenangan, dan ledakan tenaga ini telah membuat Tom Aspinall tidak hanya menjadi juara, tetapi juga berpotensi mendefinisikan ulang MMA kelas berat.
Seperti yang dikatakan Andy, “Sistem Tom bukan hanya tentang kekuatan—itu tentang tidak pernah memberi lawan kesempatan untuk bermain game.”
Artikel Tag: Tom Aspinall
Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/olahraga-lain/ufc-321-rencana-tom-aspinall-untuk-kuasai-divisi-heavyweight

5 hours ago
3

















































