Kisah A’ja Wilson Menuju Puncak Everest dan Merengkuh Status “GOAT”

10 hours ago 5

Ligaolahraga.com -

Ketika A’ja Wilson mencetak tembakan penentu kemenangan di Game 3 Final WNBA, pelatih Aces, Becky Hammon, mengirimkan gambar yang familiar kepada bintangnya itu keesokan harinya: seekor rusa besar berdiri tegak di samping seekor rusa kecil.

Bagi Hammon, yang tumbuh di South Dakota, pesan itu jelas. “Ketika kamu melihat rusa besar — lebih besar, lebih kuat, lebih megah — kamu menyadari dia berada di kelasnya sendiri,” katanya kepada ESPN.

Wilson, yang tertawa, menanggapi dengan santai: “Aku pernah jadi kijang, pernah jadi singa, pernah jadi rusa besar. Jika kamu gabungkan semuanya, kamu dapat A’ja.”

Pada akhir malam Jumat (10/10), dia tidak membutuhkan metafora. Wilson adalah GOAT (The Greatest of All Time) alias terbaik sepanjang masa.

Dari Janji ke Penobatan

Penampilan gemilang A’ja Wilson dengan 31 poin di Game 4 mengantarkan Aces meraih kemenangan 97–86 dan menyapu bersih Phoenix Mercury di Final — yang pertama dalam sejarah WNBA.

Dia meraih gelar MVP Final bersama rekor keempat MVP liga, Pemain Bertahan Terbaik, dan gelar pencetak poin terbanyak — menjadi pemain NBA atau WNBA pertama yang memenangkan keempat gelar tersebut dalam satu musim.

Saat konfeti berjatuhan, Wilson menari di lapangan dengan trofi di satu tangan dan tamborin pink di tangan lainnya.

“Kehebatan,” katanya, “adalah kesabaran, menunggu momenmu — dan tampil saat tidak ada yang menonton.”

Itu adalah perayaan yang mendefinisikan seorang pemain.

Kekecewaan yang Membentuk Seorang Juara

Perjalanan A’ja Wilson menuju puncak dimulai dari kekecewaan. Setelah memimpin Aces ke Final 2020 di gelembung COVID — dan meraih MVP pertamanya — dia dikalahkan oleh Seattle.

Tahun berikutnya, dalam semifinal yang menentukan, Brittney Griner dari Phoenix memblokir tembakan Wilson yang berpotensi menyamakan skor.

“Itu menghancurkan hati seorang gadis kecil,” kenang Wilson.

Kekalahan-kekalahan itu membentuk tekadnya. Ketika Hammon menggantikan Bill Laimbeer pada 2022, ia melihat seorang pemain dengan bakat MVP namun potensi yang belum terungkap.

“Dia tidak memiliki batasan,” kata Hammon. “Dia yang paling atletis, paling terampil, dan selalu membuat keputusan yang tepat.”

Empat musim, tiga gelar juara, dan tiga MVP kemudian, prediksi Hammon terbukti tepat.

Musim Pertumbuhan dan Ketangguhan

Musim 2025 menguji dinasti A’ja Wilson. Dengan rekor 12–13 di tengah musim, kritikus mempertanyakan apakah dominasi Aces telah berakhir.

Wilson merespons dengan memimpin 16 kemenangan berturut-turut untuk menutup musim, mengembalikan statusnya sebagai favorit MVP dan memicu dorongan Las Vegas menuju gelar.

Pertumbuhannya melampaui lapangan. Dia mulai melakukan analisis video sendiri, mengurai pertahanan untuk mengalahkan setiap strategi lawan.

“Dia ingin menjadi yang terbaik setiap kali dia melangkah ke lapangan,” kata Hammon. “Kekompetitifannya menular.”

Di Final, Wilson mencapai level baru — 28 poin dan 14 rebound di Game 2, 34 dan 14 di Game 3, ditutup dengan lemparan fadeaway ikoniknya dengan sisa 2,2 detik. Pada Game 4, dia mencetak rekor 322 poin di sepanjang playoff, terbanyak dalam sejarah WNBA.

Sendiri di Everest

Rekan setim seperti Chelsea Gray dan Jewell Loyd kagum pada konsistensinya. “Katakan padaku sesuatu yang belum dia lakukan,” kata Gray. “Dia telah melakukannya semua — dan di level tertinggi.”

Di usia 29 tahun, A’ja Wilson telah merombak buku rekor dan mendefinisikan ulang dominasi.

Tiga gelar dalam empat tahun. Empat MVP. Dua penghargaan Pemain Bertahan Terbaik. Jantung dari sebuah dinasti — dan wajah dari sebuah generasi.

“Kamu punya Mount Rushmore,” kata Hammon, “dan dia duduk sendirian di Everest. Tidak ada siapa pun di sekitarnya.”

Artikel Tag: A'ja Wilson

Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/basket/kisah-aja-wilson-menuju-puncak-everest-dan-merengkuh-status-goat

Read Entire Article
Sports | | | |