Jakarta, CNN Indonesia --
Kota Tangeran Selatan (Tangsel), Banten, sedang mengalami kondisi 'darurat sampah'.
Plastik-plastik sampah terlihat ditumpuk begitu saja di pinggir-pinggir jalan, dan belum terangkut. Mengutip dari detik.com, salah satunya tumpukan-tumpukan sampah yang menggunung di pinggir jalan di Ciputat selama setidaknya sepekan terakhir.
Sampah menggunung hampir sepekan di Ciputat membuat bau busuk menyengat dan mengganggu aktivitas warga. Diduga Penumpukan terjadi karena Tempat Pembuangan Akhir (TPA) TPA Cipeucang sudah melebihi kapasitas (overload).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Imbas TPA overload, berhari-hari sampah di Ciputat juga belum diangkut petugas Dinas Lingkungan Hidup Tangsel.
Penumpukan sampah--di antaranya yang terpantau pada Jumat (12/12) sekitar pukul 10.00 WIB--ada di titik Pasar Cimanggis, median jalan Dewi Sartika, Pasar Ciputat, hingga kolong Flyover Ciputat.
Bahkan di kolong flyover itu gunungan sampah yang ditumpuk diperkirakan hampir mencapai 2 meter.
Banyaknya tumpukan sampah membuat aroma busuk menyebar di sepanjang jalan.
Kondisi jalan yang macet diperparah dengan tumpukan sampah yang menimbulkan bau busuk dan mengganggu aktivitas.
TPA Cipeucang adalah satu-satunya tempat pembuangan akhir resmi untuk wilayah Tangsel. TPA yang berada di Serpong itu kondisinya saat ini dilaporkan dalam kondisi kritis karena overload.
Mengutip dari detikProperti, gunungan sampah di TPA Cipeucang itu bahkan 'nyaris' menempel hingga menimbun rumah warga sekitar.
Belum lama ini, Agus (50) seorang warga Serpong membuat video yang mengungkap rumahnya nyaris tertimbun sampah TPA Cipeucang. Rumah warga itu berada di Kampung Curug RT 006 RW 004, Serpong, Tangerang Selatan,
Sekretaris RT 006 RW 004 Kampung Curug Ahidin mengatakan setidaknya ada sekitar enam sampai tujuh rumah, serta beberapa pabrik yang terdampak akibat TPA Cipeucang yang overload. Bahkan rumah Agus nyaris tertimbun gunungan sampah.
Ahidin mengatakan beberapa warga RT 006 RW 004 serta Desa Kademangan sempat melakukan unjuk rasa di depan kantor UPTD Cipeucang terkait penutupan TPA Cipeucang. Sebab, sampah yang semakin menggunung itu menutup aliran kali sehingga membuatnya meluap dan membanjiri rumah warga sekitar.
"Di sini tempatnya sudah bau, setiap kalau ada hujan banjir terus," katanya, Rabu (10/12) dikutip dari detik.com.
Menurut keterangan Ahidin, sampah di TPA Cipeucang hanya dikeruk untuk nantinya dipindahkan ke atas area tersebut, tidak benar-benar dipindahkan ke area lain. Hal tersebut, sambungnya, justru memicu terjadinya longsoran sampah di TPA Cipeucang.
"Jadi sampah itu hanya dikeruk, dikeruk, dikeruk, tiap hari, cuma nggak pernah diangkut. Cuma dikeruk aja. Ya itu, kalau warga sudah komplain, baru dikeruk," tuturnya.
Ahidin mengatakan, warga setempat mendapatkan kompensasi dari pemerintah daerah sebesar Rp250.000 per KK per tahun. Namun, warga pun juga mengeluh karena kompensasi itu tidak cukup.
Sementara itu, Agus mengaku sampah-sampah dari TPA Cipeucang bahkan sudah memasuki tanah miliknya hingga patoknya hampir tidak terlihat.
"Ini, samping, belakang, depan, sudah kena semua (nyaris tertimbun)," ujarnya pada hari yang sama.
Agus mengaku sangat was-was dengan sampah yang semakin lama semakin tinggi di dekat rumahnya. Terkadang suka terjadi longsoran sampah di TPA Cipeucang. Kalau hujan deras lebih dari satu jam, terjadi banjir di TPA Cipeucang.
Selain itu, Ahidin mengatakan diduga TPA Cipeucang juga membuat banjir wilayah sekitar karena luapan sungai.
Ahidin mengatakan kali di dekat TPA Cipeucang tadinya cukup lebar, setidaknya sekitar dua sampai tiga meter. Tapi, semenjak sampah semakin menggunung di TPA Cipeucang, lama-lama menutupi kali yang membuatnya meluap ketika hujan deras melanda.
"(Sekarang) sekitar 50 cm lah (lebar kali)," tuturnya.
Hingga berita ini ditulis, CNNIndonesia.com masih berupaya mendapatkan keterangan dari Pemkot Tangsel perihal situasi tumpukan sampah di jalanan kota tersebut, termasuk tumpukan yang menggunung di TPA Cipeucang.
Merujuk pada keterangan di situs resmi Pemkot Tangsel, pada November lalu, Wali Kota Benyamin Davnie menegaskan pihaknya siap untuk berkolaborasi lintas daerah dalam mengatasi persoalan sampah.
"Makanya saya ingin membangun kerjasama dengan kota lain atau kabupaten lain, dan itu dimungkinkan secara peraturan perundang-undangan," ujar Benyamin dalam Rapat Koordinasi Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Listrik yang digelar di BLKI Provinsi Banten, Jelupang, Serpong Utara, Rabu (5/11).
Menurut Benyamin, saat ini Pemkot Tangsel tengah menjajaki kerja sama dengan beberapa daerah lain, di antaranya Kota dan Kabupaten Bogor, sebagai langkah sementara untuk pengelolaan sampah.
Ia menambahkan, pengelolaan sampah masih menjadi tantangan besar, apalagi menjelang target pembangunan fasilitas PSEL Jatiwaringin yang menjadi proyek strategis nasional tersebut rampung dua tahun ke depan.
Sementara itu, Gubernur Banten Andra Soni yang memimpin rapat koordinasi menegaskan, pihaknya siap memfasilitasi kerja sama antara pemerintah daerah di Tangerang Raya dan pemerintah pusat, termasuk dalam penyusunan Memorandum of Understanding (MoU) lintas kabupaten/kota.
Andra menyebut, selain Tangerang Raya, kawasan Serang Raya juga akan menjadi lokasi pengembangan Waste to Energy (WTE) tahap kedua, menyesuaikan kapasitas dan volume sampah di wilayah tersebut.
Baca berita lengkapnya di sini.
(kid/wis)

3 hours ago
2

















































