2 Pelari Meninggal di Trail Run Siksorogo Lawu ASN Kemenag dan Kemenpar

5 hours ago 2
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Dua pelari, Pujo Buntoro (55) dan Sigit Joko Poernomo (45) yang meninggal dunia saat mengikuti ajang lari di alam bebas (trail run) Siksorogo di lereng Gunung Lawu, Jawa Tengah merupakan aparatur sipil negara (ASN).

Dewan Pembina Siksorogo Lawu Ultra 2025, Tony Harmoko, mengatakan bahwa Pujo merupakan ASN di Kementerian Agama (Kemenag) Kota Solo, sedangkan Sigit merupakan ASN Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI.

"Betul beliau (Sigit) ASN di kementerian pariwisata dan Pak Pujo ASN di Kemenag Solo," kata Tony ditemui di rumah duka almarhum Pujo Buntoro di Desa Tegalwinangun, Karanganyar, Senin (8/12) seperti dikutip dari detikJateng.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pejabat di Kemenpar

Mengutip dari akun media sosial Kementerian Pariwisata RI, @kemenpar.ri, diketahui Sigit Joko Poernomo menjabat sebagai Kepala Biro Umum dan Hukum Kementerian Pariwisata RI.

Tony mengatakan, Sigit sempat lari bersama temannya dari Kementerian Pariwisata bernama Afrizal. Dia bilang, Sigit sempat mengalami kram kaki di kilometer 9. Kemudian, korban sempat mendapatkan perawatan dari tenaga medis, lalu melanjutkan lari.

"Mas Sigit itu di kilometer 9 mengalami keram kaki di paha. Terus sama teman sama rekannya di kementerian namanya Afrizal. Ya. Di kilometer 12 yang dari tenaga kesehatannya turun, Pak Sigit itu sudah mendapatkan perawatan medis, sudah di-massage dan sudah membaik," ujarnya.

Setelah kramnya membaik, Sigit dan temannya itu melanjutkan lari. Namun, tidak lama kemudian terkena serangan jantung.

"Kramnya sudah membaik, sudah segar lagi. Mas Afrizal juga begitu. Sudah enggak kram dan sudah merasa baik, bugar, akhirnya melanjutkan perjalanan, jadi larinya itu ya, tahu-tahu tidak lama dari itu terus serangan jantung," tutur Toni.

Setelah terkena serangan, Sigit langsung tidak sadarkan diri dan meninggal dunia.

"Itu langsung tidak sadarkan diri, sempat ditolong tapi beliau meninggal dunia," katanya.

Sementara itu, Ketua Siksorogo, Brilianto, mengatakan Sigit berada di sana adalah untuk memantau event lari tersebut, sekaligus mengikutinya.

Menurut Brilianto, Sigit sering mengikuti event lari trail di Indonesia.

Sebelum acara Siksorogo Run Lawu 2025, Brilianto mengaku sempat berkomunikasi dengan Sigit. Mereka lalu berencana bertemu kembali di Jakarta pada Januari 2026 untuk membicarakan lebih detail terkait event lari.

"Jadi seperti itu. Jadi ke beliaunya dan. Kru ini sudah ikut di semua lari trail di Indonesia dan mereka menilai bahwa Siksorogo itu event yang sangat bagus, yang paling bagus," terangnya.

"Makanya kenapa kita kok belum mengajukan ke Kementerian Pariwisata. Lah, beliau ke sini menyampaikan ke kita dan mereka mau enjoy mencoba, ya begitu. Jadi event Internasional," sambung Brilianto.

ASN Kemenag Solo gemar lari

Tony Harmoko mengaku sebelum ajang Siksorogo Lawu Ultra 2025, dirinya sempat bertemu Pujo--yang merupakan ASN Kemenag Solo--dan istrinya. Dia mengatakan Pujo dan istrinya diketahui kerap mengikuti ajang lari bersama.

Bahkan, sambungnya, Pujo juga ikut Siksorogo Lawu Ultra 2025 bersama istrinya. Menurutnya, saat bertemu Pujo sebelum ajang Siksorogo, kondisi almarhum terlihat fit dan bugar. Pasutri itu, kata Pujo, ikut kategori fun run, bukan kategori ekstrem.

"Beliau ikut kategori fun run di 15 kilometer dan saat start, itu keadaan bugar Fit. Iya, karena saya ketemu dengan Pak Pujo dan Mbak Asih istrinya," katanya di rumah duka Pujo Buntoro seperti dikutip dari detik.

Namun, saat berada di kilometer 7, Pujo mengalami kelelahan karena jalur yang menanjak. Almarhum sempat mendapat semangat dari istrinya dan bantuan tenaga medis sebelum meninggal dunia.

"Terus, saat start sudah jalan di kilometer 7 Pak Pujo mulai kelelahan karena itu jalur menanjak, makanya disemangati istrinya, gitu. Lah, di kilometer 8, pingsan," bebernya.

"Tapi ya, kami sudah berusaha semaksimal mungkin memberikan pertolongan medis. Mas Nico [tenaga medis] juga sudah memberikan pelayanan dokter saat di jalur, tetapi Tuhan berkehendak lain. Sempat napasnya sudah mulai teratur," ujar Tony.

Kewajiban surat sehat, cek kesehatan, dan evaluasi

Panitia trail run Siksorogo Lawu Ultra 2025 menyatakan akan melakukan evaluasi buntut adanya dua pelari yang meninggal dunia. Selain race, pihaknya juga akan mengevaluasi tim medis.

"Evaluasi jelas untuk rutenya akan kita evaluasi lagi yang pertama, terus kemudian untuk tenaga medisnya mungkin akan kita tambah," kata Direktur Acara Siksorogo, Rachmat Septiyanto, ditemui di Karanganyar, Senin seperti dikutip dari detikJateng.

Rachmat mengatakan tim evakuasi akan ditambah dan disebar di titik-titik yang lebih banyak. Hal itu, kata dia agar lebih bisa cepat tertangani bila ada kejadian serupa.

Rachmat menyebut, peserta lari Siksorogo tahun ini lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Di mana peserta yang ikut mencapai 5.700 orangnya dari dalam dan luar negeri.

Sementara itu, Brilianto mengatakan seluruh peserta baik dari rute untuk kategori 7 kilometer hingga 120 kilometer harus mengantongi surat sehat.

"Iya surat sehat, surat pelepasan tanggung jawab. Itu kita sudah sertakan di awal semua. Serta sertifikat-sertifikat, terutama yang ultra," ucapnya.

Koordinator medis dan fisio, Kristiawan menyebut cek kondisi kesehatan juga dilakukan sebelum race dilakukan. Menurutnya, cek kesehatan bisa dilakukan dk Rumah Sakit Bhayangkara.

"Ada, cek kesehatan ada. Kita ada dari Rumah Sakit Bhayangkara itu ada cek kesehatan. Jadi, semua peserta itu sebenarnya sudah dibekali surat sehat. Jadi, semua yang ingin ikut SLU 2025 ini memang wajib memiliki surat sehat," jelasnya.

Panitia menegaskan bahwa peserta yang ikut sudah mengantongi surat sehat. Apabila, tidak mengantongi surat sehat maka tidak diperbolehkan ikut.

"Apabila tidak mempunyai, maka harus dicari atau memeriksakan kepada rumah sakit atau klinik terdekat dengan dokter beresep. Untuk semua kategori dari 7 kilometer sampai 120 kilometer itu semuanya. Jadi, kalau tidak ada ya kita tidak terima. Jadi, tidak bisa mengambil race pace, tidak bisa mengambil nomor dada," tegasnya.

"Karena itu sudah menjadi apa, SOP kita, seperti itu. Jadi kita di West Center Itu ada dokter yang standby. Ada 10 dokter, 45 perawat dan 12 ambulans," katanya.

Baca berita lengkapnya di sini.

(kid)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Sports | | | |